BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Gereja dalah persekutuan orang-orang
terpanggil dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, persekutuan merupakan
segenap orang yang mempunyai pengakuan
yang sama, yang menjadi pengakuan dalam lingkungan persekutuan ini adalah Tuhan
Yesus yang adalah kepala kepala persekutuan itu sendiri. Sebagai kepala
persekutuan Yesus digambarkan sebagai guru, jalan kehidupan, pintu, raja,
gembala dan lain sebagainya.
Didalam Alkitab ada banyak penyataan yang
Yesus ungkapkan mengenai diri-Nya sebagai kepala persekutuan, ungkapan-ungkapan
tersebut yakni “Akulah jalan kebenaran, Akulah pintu, Akulah pokok anggur yang
benar, dan Akulah gembala. Ungkapan mengenai Akulah gembala Yesus mau
menyatakan bahwa Ia adalah penuntun kawanan domba, dimana Yesus senantiasa
menuntun kawanan domba itu ke padang yang berumput hijau dan air yang tenang,
kawanan domba yang dimaksud disini adalah persekutuan itu sendiri, dimana Yesus
senantiasa menuntun, menjaga serta menyertai persekutuan itu agar tetap ada dalam
keadaan yang aman.
Dalam kesaksian kitab Yohanes pasal 10
Yesus menyebut dirinya sebagai gembala yang baik, gemaba yang baik memberikan
nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Gembala yang baik pula mengenal domba-dombanya,
dan domba-dombanya megenal gembala itu. Serta gembala yang baik senantiasa
menghalau kawanan dombanya dari setiap binatang buas, yang hendak menerkam
domba-dombanya.
Dalam kehidupan-Nya di dunia, selama
pelayanan-Nya Yesus memilih kedua belas murid, dan menuntun mereka kepada jalan
kebenaran, Ia selalu menggembalakan murid, Ia pula senantiasa menunjukan contoh
seorang gembala, oleh kerena itu Yesus mengajarkan mereka supaya mereka dapat
menjadi seorang gembala karena Tuhan Yesus akan kembali dan mereka yang akan
melanjutkan tugas pelayanan itu.
Setelah Yesus bangkit dari kematian-Nya,
sebelum meninggalkan dunia, Yesus menampakan dirinya kepada murid-murid-Nya,
Yesus memberi amanat kepada Petrus “gemabalakan domba-dombaku” (Yoh. 21:15-19).
Tugas gembala ini diembankan kepada murid-murid-Nya dan amanat inilah yang
menjadi tugas gereja sampai pada saat ini. Tuhan Yesus memberi tugas kepada
geraja sebagai gembala domba. Dimana gereja
harus setia melayani domba-dobanya.
Aspek hakiki gereja sebagai gembala ialah
“melayani, bukan dilayani”. Artinya, gereja yang peduli dengan pergumulan
kehidupan komunitasnya dan menyediakan diri untuk menanggulangi pergumulan
tersebut.
Dengan melihat tugas gereja sebagai
gemabala, dan perannya dalam pembinaan warga Gereja, ada berbagai persepsi jemaat tentang hal ini
dimana ada banyak pendapat yang dikemukan tentang hal ini. Atas dasar pemahaman
diatas, penulis ingin mengangkat judul “Gereja
Sebagi Gembala” (persepsi jemaat tentang pembainaan warga geraja).
B.
MAKSUD DAN TUJUAN
1.
Maksud
Adapun yang mejadi maksud penulisan makalah ini adalah:
a)
Untuk mengetahui pandangan
jemaat tentang pembinaan warga gereja.
b)
Untuk mendalami peran geraja
sebagai gembala.
2.
Tujuan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah
a)
Agar mendalami pandangan jemaat
tentang pembinaan warga geraja dalam hubungannya dengan tugas gereja sebagi
gembala.
b)
Agar gereja benar-benar
melaksanakan tugasnya sebagai gembala
C.
METODE PENDEKATAN
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka
yaitu penulis menggunakan studi pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
GEREJA
1.
Definisi Gereja
Kata gereja berasal dari bahasa Portugis igreya, yang diterjemahkan dari bahasa
Yunani kyriake yang berarti menjadi
milik Tuhan. Adapun yang dimaksud dengan “milik Tuhan” adalah orang-orang yang
percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Jadi yang dimaksud dengan
“gereja adalah persekutuan orang-orang yang beriman.
Adapun didalam Perjanjian Baru kata yang
dipakai untuk menyebutkan orang-orang beriman adalah Ekklesia, yang berarti
rapat atau perkumpulan yang terdiri dari orang-orang yang dipanggil untuk
berkumpul. Dalam Perjanjian Lama sudah ada umat Allah, dalam Ul.7:6 disebutkan,
bahwa Israel adalah umat yang kudus bagi Tuhan, Allahnya, yang dipiilih dari
segala bangsa diatas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan Tuhan. Umat yang
kudus ini didalam Perjanjian Lama disebut jemaah Tuhan (kahal yahwe).
2.
Hakekat Gereja
Dalam
Kitab Perjanjian Baru kita menemukan beberapa gambaran mengenai Gereja yang
menunjukkan kesatuan yang tidak terpisahkan antara Yesus Kristus sebagai kepala
Gereja dan umatNya. Oleh sebab itu Gereja harus selalu bergantung kepada
kehadiran Kristus, kehadiran sebagai suatu aktivitas yang terjadi di tengah
umat secara terus menerus, yaitu penyertaanNya.
a)
Gereja digambarkan sebagai umat Allah, bait Allah, bangunan
Allah dan sebagai kawanan domba Allah (Wahyu 21:3; 1 Korint. 3:16; 1 Korint.
3:9; 1 Pet. 5: 2)
b)
Gereja sebagai suatu persekutuan yang baru yaitu Tubuh
Kristus dan sebagai Tubuh Kristus adalah juga Gereja yang selalu mau mendengar
suara Yesus yang memanggil manusia menjadi murid-muridNya (Rom. 12:4).
c)
Hakekat Gereja adalah missioner, dapat dikatakan seluruh
aktivitas Gereja adalah missioner, pelayanan Sakramen, pemberitaan Firman,
pelayanan, dll).
Dari keseluruhan gambaran di atas jelas nampak hubungan/persekutuan yang sangat erat antara Yesus sebagai kepala Gereja dengan Jemaat. Tanpa persekutuan itu hakekat Gereja akan hilang dan tidak layak disebut Gereja, karena Gereja adalah Gereja selama memiliki hubungan dengan Yesus Kristus.
3.
Sifat Gereja
Di dalam pengakuan
iman rasuli disebutkan bahwa Gereja kudus, am, persekutuan orang kudus.
a)
Gereja adalah kudus
Kata “Kudus” berarti disendirikan, diasingkan, dipisahkan dari yang lain,
berbeda dari yang lain. Kekudusan Gereja bukan karena ia kudus adanya, tetapi
karena dikuduskan oleh Kristus.Rasul Paulus menyebutkan bahwa Jemaat adalah
mereka yang dikuduskan di dalam Kristus (Fil. 1:1; 1 Korint. 1:2 ; Efesus 1:1).
Gereja adalah kudus, diasingkan tapi bukan “mengasingkan diri” karena Gereja
disuruh ke dalam dunia untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. Adanya Gereja di
dunia ini ialah untuk dipakai dalam karya penyelamatan Allah.
b)
Gereja adalah am
Gereja adalah am,
khatolik, universal, tersebar di seluruh dunia. Am berarti umum, oleh sebab itu
Gereja “menerobos” segala pembatas dan memiliki perpektif yang umum.
Gereja sebagai yang am harus bersifat universal sebab kasih Allah itu ditujukan
kepada dunia. Jadi Gereja bukan dan janganlah jadi
suatu “golongan elite”. Gereja tidak terbatas pada suatu daerah/suku/bangsa
atau bahasa tertentu tapi meliputi seluruh dunia (2 Korint. 5, 19). Gereja
tidak terbatas pada suatu zaman, tapi meliputi zaman yang lalu, masa sekarang
dan masa yang akan datang.
c)
Gereja adalah persekutuan orang percaya
Gereja adalah
persekutuan orang percaya yang telah mengakui tindakan Allah dan yang kini
ingin mengungkapkan kembali tindakan itu melalui kehidupan mereka sebagai
Gereja. Warga Gereja menyadari arti eksistensinya melalui Gereja (ekklesia),
sebagai umat yang dikumpulkan Tuhan dari antara segala bangsa, bukan hanya
berasal dari Kristus, tapi juga selalu bergantung kepada kehadiranNya yang
diyakini sebagai suatu aktivitas yang terjadi di tengah umat terus menerus
yaitu pernyertaanNya. Gereja adalah persekutuan orang percaya/kudus di dalam
Kristus dan saling bergantung satu sama lain.
d)
Gereja adalah satu
Gereja adalah
kesatuan umat Kristen, tempat bersekutu sesuai dengan kehendak Yesus Kristus,
Raja Gereja. Satu dalam memberitakan Injil (Mat. 28, 18-20), satu dalam
mengemban missi, mengasihi sesama dan mengasihi Tuhan (Mat. 22, 37-40), satu
dalam iman dan pengharapan (Ef. 4:4-5)
Oleh sebab itu dalam kepelbagaian kita, Tuhan mempersatukan kita. Di dalam
kepelbagaian itu kita dapat bersatu menampakkan kepatuhan kita sebagai Gereja
kepada Tuhan Yesus Raja (Joh. 17, 21).
4.
Tugas Dan Panggilan Gereja
Gereja
yang hidup adalah yang bersaksi tentang Yesus Kristus di dunia ini.
“Kamu akan menjadi saksiku di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung
bumi” (Kis. 1, 8). Gereja terpanggil melaksanakan Amanat Agung Kristus (Mark.
16, 15 ; Mat. 28, 20).
Menjadi
saksi Kristus adalah tugas Gereja dan warganya yang berlaku sepanjang masa dan
bukan hanya bersaksi (marturia), tapi juga bersekutu (koinonia), melayani
(diakonia). Inilah yang disebut tri tugas Gereja. Gereja dan warganya
terpanggil untuk memberitakan berita kesukaan dari Allah bagi semua orang agar
percaya dan diselamatkan.
Tugas gereja yang lain adalah menjadi gembala, dimana ia senantiasa mengenal domba-dombanya, dan menuntut dombo-dombanya, kepadang rumput yang hijau dan dan air yang tenang.
B.
GEMBALA
1.
Definisi Gembala
Gembala adalah seseorang yang
mengurus ternak, terutama di peternakan. Menurut jenis binatang
yang diurus gembala dapat disebut "gembala sapi", "gembala domba" dan lain-lain.
Dalam bahasa Yunani kata “gembala” yaitu poimen.
Gembala
bersedia mempertaruhkan hidupnya untuk melindungi domba-dombanya dari para
perampok dan binatang-binatang buas, ia mempertaruhkan dirinya untuk membawa
mereka kepadang rumput dan ke sumber air.
2.
Sejarah
Menggembala adalah salah
satu pekerjaan tertua di dunia yang sudah dilakukan orang di Asia Kecil sekitar 6 ribu tahun lalu. Domba diternakkan
untuk diambil susu, daging, dan bulunya untuk dijadikan wol. Abad berikutnya, domba sebagai hewan ternak dan
pekerjaan menggembala sudah menyebar ke seluruh wilayah Eurasia
3.
Gembal Yang Baik
Kategori gembala yang baik mebicarakan tentang gembala yang
melaksanakan tugas dengan baik yang setia untuk menjaga kawanan dombaa, dimana
ia memimpin kawanan domba itu ke padang yang berumput hijau dan ke air yang
tenang, yang menjadi prioritas tertinggi gembala yang baik adalah melindungi
miliknya.
C.
GERAJA SEBAGAI GEMBALA
Aspek hakiki gereja sebagai gembala ialah
“melayani, bukan dilayani”. Artinya, gereja yang peduli dengan pergumulan
kehidupan komunitasnya dan menyediakan diri untuk menanggulangi pergumulan
tersebut.
Di dalam melaksanakan tugasnya, gereja
sebagai gembala mengusung sejumlah prinsip penggembalaan Prinsip-prinsip
gembala sangat sederhana, secara garis besar prinsip-prinsip kepemimpinan
gembala adalah “4 M”, yang terdiri dari:
1.
M = Mengenal.
2.
M = Mengasuh.
3.
M = Mengayomi.
4.
M = Melindungi.
Berikut ini disajikan uraian ringkas mengenai prinsip-prinsip penting filosofi kepemimpinan gembala “4 M” sebagai berikut:
1.
Mengenal.
“Mengenal” dalam filosofi gembala tidaklah sekadar mengetahui atau memahami keberadaan fisik secara visual semata, namun aspek yang lebih penting justru unsur lain yang tersembunyi di balik fisik tersebut, seperti naluri, karakter, atau tabiat. Mengenal secara fisik barulah sebagian dari eksistensi jemaat secara utuh. Gembala yang baik adalah gembala yang mengenal jemaat yang digembalakannya secara utuh. Namun, agar seorang gembala mampu mengenal jemaat secara utuh, maka mau tidak mau, ia harus memiliki hubungan emosional yang intim dengan ternak gembalaannya.
2.
Mengasuh
Mengasuh adalah falsafah gembala berkaitan dengan tanggung jawabnya yang menyeluruh terhadap kesehatan psikis maupun fisis seluruh jemaat yang digembalakannya.
3.
Mengayomi.
Mengayomi, mengandung makna
memberikan perlindungan penuh tanpa
batas sehingga menciptakan rasa aman dan nyaman terhadap jemaat. Tindakan
mengayomi dapat diibaratkan laksana induk ayam yang mengerami anak-anaknya di
bawah kepak sayapnya. Dengan demikian, anak-anaknya tidak hanya merasakan
adanya jaminan keamanan dari sang induk terhadap gangguan musuh, tetapi juga
kenyamanan karena mendapatkan kehangatan dari tubuh sang induk. Untuk melakukan
pengayoman, seorang pemimpin gereja harus melaksanakan tindakan-tindakan
sebagai berikut:
a.
Melayani tanpa pandang bulu
b.
Melayani secara adil.
c.
Menghilangkan intrik-intrik.
d.
Menghilangkan diskriminatif.
4.
Melindungi
Memberikan perlindungan merupakan komitmen dasar setiap gembala sehingga kawanan dapat menjalankan aktivitas mereka dengan tenang. Kedamaian, kesejahteraan, keamanan, dan kenyamanan hidup hanya bisa terselenggara jika gembala mempunyai kesanggupan menyediakan perlindungan.
Keempat poin diatas menjadi prioritas
utama bagi gereja sebagai gembala, dimana didalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab, didalam menjalankan tugas, gereja secara tersirat telah
malaksanakan amanat gereja sebagai gembala.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Gereja adalah kelompok orang yang bersama-sama percaya kepada Allah
dan Yesus Kristus. Mereka adalah orang-orang yang dipanggil, oleh Allah untuk
keluar dan menjadi umat-Nya. Ada beberapa sebutan yang pakai untuk menyebut
gerejayakni “Jemaat Kristus.
Jemaat Allah, Jemaat Anak Sulung,
orang-orang kudusnan, kawanan domba”
Kawanan domba ini senantiasa dipimpin dan
dibimbing oleh sang gembala Agung yakni Yesus Krisrus, Ia menyebut diri-Nya
sebagai gembala yang baik yang memberikan nyanya bagi domba-domba-Nya serta
mengenal domba-domba-Nya.
Gereja adalah suatu persekutuan yang
diberi amanat untuk menggembalakan domba-domba yang Tuhan Yesus telah kumpulkan
dalam suatu persekutuan, melalui percakapan Yesus dengan Petrus Yesus memberi
amanat “gembalakanlah domba-dombaku” suatu amanat yang meneguhkan Petrus
sehingga berdirinya gereja sampai sekarang.
Secara lembaga gereja mempunyai tugas
untuk melayani jemaat, maka gereja mempunyai tugas untuk menggembalakan kawanan
domba. Dimana gereja mempunayi tugas untuk mengenal, mengasuh, mengayomi, dan
melindungi jemaat, inilah yang menjadi prioritas gereja sebagai gembala.
B.
SARAN
Gereja sebagai persekutuan yang diberi tugas untuk mengembalakan,
untuk itu gereja harus setia pada tugas dan amanat yang Yesus berikan agar
kawanan itu senantiasa terpelihara. Gereja diharapkan menjadi gembala yang baik
bagi kawanan domba, yang mengenal domba-dombanya.
Daftar Pustaka
Hadiwijono,
H. 2010, Iman Kristen. Jakarta;
BPK-Gunung Mulia
Dunnam,
Maxie.2001 Akulah. Jakarta;
BPK-Gunung Mulia
Veldhuis,
Henri. 2010. Ku Tahu Yang Ku Percaya.
Jakarta; BPK-Gunung Mulia,
http://www.gotquestions.org/indonesia/definisi-gereja.html
http://www.gkps.or.id/component/content/article/14-dasar-pemahaman-kristen/134-gereja
http://www.gotquestions.org/indonesia/pemerintahan-gereja.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar